Sabtu, 09 Mei 2009

Politik Masuk Kampus

Berbicara tentang politik memang tidak ada habis-habisnya. Mulai dari banyaknya caleg ugal-ugalan yang pengen jadi orang kaya mendadak, bunuh diri, sampai menipu rakyat kecil dengan uang ribuan perak. Belum lagi kasus pejabat yang korupsi, yang ngotot mau koalisi tapi ga punya daya jual dan basis masa yang kuat. Mau jadi apa politik indonesia ini ke depan? mau jadi politik kotor?. Sekarang para politikus cenderung terlalu mengejar kekuasaan dari pada berbuat banyak bagi rakyat kecil yang masih kelaparan. masih banyak lo rakyat yang pengen minum air bersih dan sehat tapi masih beli, mau buang air kotor tapi harus di kali, mau makan harus mencuri, mereka belum mendapat hak dasar yang sangat vital bagi kehidupan. Disaat rakyat yang masih kelaparan inilah politisi mengambil kesempatan untuk mempergunakan perut rakyat yang keroncongan untuk mendapatkan kekuasaan.

STOP disini, mari kita berangkat ke dunia kampus, dunia dimana masyarakat modern katanya bakal lahir, masyarakat edukasi, dan tempat calon pemimpin yang bakal memegang bangsa ini ke depan. Masa kampus memang merupakan sasaran empuk untuk dipergunakan sebagai alat politik. Masa kampus yang notabenenya masih diisi oleh daarah muda yang masih sangat labil, diguncang sedikit saja sudah bisa membuat kapal karam. Masih banyak aktivis kampus di negara ini yang pergerakannya tanpa ideologi, tanpa nilai yang ingin dibawa tetapi masih dimotori oleh par*ai 2 p*lit*k. cukup mengerikan bahwa ada kasus di suatu universitas dosen nya antek-antek dan pengurus partai sehingga mahasiswa nya juga orang partai. Yang menjadi permasalahan adalah dimana eksistensi kampus sebagai lembaga pendidikan yang netral. Lembaga pendidikan seharusnya memberikan pendidikan dan nilai yang umum kepada mahasiswa, bukan menentukan nilai dari golongan tertentu. Mana mungkin ideologi dan nilai bisa berkembang di kalangan mahasiswa jika mahasiswa nya di doktrin oleh golongan tertentu.

masalah ini mungkin sepele tapi akibatnya adalah bagaimana nasib bangsa ini jika nantinya dipimpin oleh orang-orang partai tertentu. bukan orang-orang yang bisa menentukan nilainya sendiri. bagaimana dengan kebijakan yang diambilnya??? halah..entahlah...

Tidak ada komentar: